TALIABU, Gapi72 – Di jantung Taliabu, ruas jalan Kawalo-Waikoka yang megah berdiri sebagai monumen ironi. Dibangun dengan janji kemajuan, jalan ini justru menjadi saksi bisu luka menganga di hati warga lima desa. Sejak 2022, proyek ini rampung, namun janji manis ganti rugi tanaman dan material pembangunan jalan menguap ditelan bumi.
Ilham, mantan Sekdes Kamaya, menjadi juru bicara kemarahan yang membara. “PT Meranti Jaya telah menipu kami,” serunya dengan mata merah. “Pala, cengkeh, cokelat, pisang—warisan leluhur kami ditebang tanpa ampun demi jalan ini. Mereka berjanji mengganti rugi, tapi empat tahun berlalu, hanya kebohongan yang kami terima.”
Kemarahan warga mencapai titik didih. Ilham memperingatkan dengan nada mengancam, “Jika dalam waktu dekat hutang material, kuari, batu, pasir, dan tanaman tidak dilunasi, kami akan menjual seluruh alat berat kontraktor yang terparkir di Kamaya!” Ancaman kedua lebih mengerikan: “Atau kami bakar habis alat-alat itu, biar jadi abu!”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ancaman ini bukan sekadar gertakan sambal. Warga sudah kehilangan kesabaran. Mereka siap mempertaruhkan segalanya demi keadilan. Kawalo-Waikoka, yang seharusnya menjadi simbol harapan, kini menjadi medan perang antara janji palsu dan dendam yang membara. Tanah Taliabu siap menumpahkan darah jika hak mereka terus diinjak-injak.







