TERNATE, Gapi72 – Di tengah potret kemesraan yang kerap ditampilkan, tersimpan sebuah komitmen yang tak tersampaikan dan goresan luka hati yang belum sembuh. Wakil Walikota Ternate, Nasri Abubakar, mengungkapkan adanya “manuver kepentingan” yang menodai keharmonisan pemerintahan Kota Ternate.
Dengan nada prihatin, Nasri Abubakar menyampaikan harapannya agar kebersamaan antara dirinya dan Walikota Tauhid Soleman tetap terjalin hingga akhir masa pemerintahan. “Saya sangat berharap kebersamaan ini tetap terjalin hingga masa pemerintahan ini berakhir,” ujarnya. Namun, ia tak menampik bahwa realitas berkata lain, di mana komitmen yang menjadi dasar kebersamaan Tauhid-Nasri seolah “diracuni” oleh bisikan-bisikan kepentingan yang tak terhindarkan.
Meski mengakui bahwa pelantikan pejabat adalah hak prerogatif Walikota Ternate, Nasri Abubakar berharap dirinya dilibatkan dalam proses penentuan kabinet, khususnya dalam penempatan pejabat yang merupakan bagian dari pasangan Tauhid-Nasri. “Tetapi setidaknya, saya berharap dalam penentuan kabinet itu, penempatan kabinet Pasangan Tauhid-Nasri ini, saya dimintai pertimbangan,” ungkapnya dengan nada penuh harap.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, pemerintahan Pasangan Tauhid-Nasri seharusnya solid, dan keterlibatan wakil walikota dalam penentuan kebijakan adalah kunci untuk pemerintahan yang lebih baik. “Ini adalah pemerintahan paket pasangan walikota dan wakil walikota, jadi setidaknya menentukan sesuatu itu secara bersama-sama karena itu menjadi tanggung jawab bersama dalam keberlangsungan pemerintahan ini ke depan,” tegasnya.
Nasri Abubakar juga menyinggung stigma masyarakat Kota Ternate terhadap pemerintahan sebelumnya, dan berharap stigma negatif tersebut tidak terulang di periode pemerintahan Tauhid-Nasri. Ia menekankan pentingnya duduk bersama dan membicarakan segala sesuatu secara bersama-sama untuk menepis anggapan bahwa pemerintahan Tauhid-Nasri tidak solid.
Lebih lanjut, ia mengingatkan agar pengangkatan pejabat tidak hanya mengakomodir kepentingan sekelompok orang, apalagi mengarah pada kepentingan kelompok di masa depan. “Soal pelantikan tadi itu, saya tidak dilibatkan sama sekali,” pungkasnya dengan nada kecewa, seolah mengisyaratkan adanya “goresan luka hati” yang sulit disembuhkan.
Pernyataan Nasri Abubakar ini membuka tabir adanya dinamika internal yang perlu diselesaikan dalam pemerintahan Kota Ternate. Harapan akan pemerintahan yang solid dan inklusif tampaknya masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, di tengah potret kemesraan yang coba ditampilkan.







